Sabtu, 25 Februari 2012

Suatu Malam di Kota Tua

Isa Kirana
24 Februari 2012
Dari santapan malam yang lezat hingga petualangan singkat...

Malam ini aku makan malam di rumah kakak. Pergi ke sana dijemput teman-temannya, terjebak lalu lintas hari Jumat Jakarta selama kurang lebih 1,5 jam. Luar biasa! Dalam keadaan seperti ini, segala pengetahuan jalan tikus langsung digunakan. Beruntunglah orang-orang yang intuisi serta ingatannya kuat.

Setibanya di sana, kami langsung disambut oleh sepiring penuh ayam panggang bumbu kacang, oseng-oseng pocay, dan beberapa potong brownies yang sudah disiapkan untuk empat orang. Kami yang baru terbebas dari kemacetan, ditambah dengan perut yang sangat lapar, langsung duduk dan menyantap semuanya sampai tak bersisa. Kakak memang pandai memasak!

Sambil menurunkan makanan, kami bermain kartu... Capsa, 41, dan permainan tukar nama. Puas sekali kami tertawa hingga perut kegelian dan menitikkan air mata.

Rencananya, setelah bermain kami mau nonton di bioskop. Tapi, kami keasyikan main hingga lupa waktu... terlalu malam untuk nonton. Jadi, aku mengusulkan agar kami jalan-jalan ke Kota Tua.

---

Pasar Malam Kota Tua...

Terakhir aku menikmati Kota Tua malam hari sekitar empat tahun yang lalu. Ketika itu belum ramai pedagang seperti sekarang, paling hanya penjual makanan, selain itu banyak orang duduk-duduk mengobrol dan berfoto. Malam ini, di alun-alun Museum Fatahillah aku melihat begitu banyak pedagang, mulai dari yang menjual makanan, pakaian, aksesoris, obat kulit, hingga yang menawarkan jasa pijat refleksi dan meramal.

Kami mengitari alun-alun secara singkat, lalu berbelok ke sebuah gang. Di depan sebuah gedung, ada sekelompok musisi jazz. Sambil menikmati alunan musiknya, kami melihat ke sekeliling kami... gedung-gedung tua bertuliskan bahasa Belanda. Sejenak, kami terbawa ke masa lalu, membayangkan Batavia abad 19. Lalu, lebih jauh lagi ketika Museum Fatahillah masih menjadi Stadhuis (Balai Kota), tempat pembantaian orang-orang Tionghoa. Sesungguhnya tempat ini memiliki nilai historis yang harus dilestarikan, sayangnya gedung-gedung tua ini hanya dibiarkan begitu saja.

Selamat malam.

Isa Kirana / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar